قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِاَخِيْكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطٰنًا فَلَا يَصِلُوْنَ اِلَيْكُمَاۛ بِاٰيٰتِنَاۛ اَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغٰلِبُوْنَ ٣٥
Sebagai pernyataan dikabulkannya permohonan Nabi Musa dan untuk menenangkan hatinya, Dia Allah berfirman, “Kami akan menguatkan engkau, yakni membantumu dengan mengutus pula saudaramu, Nabi Harun, yang akan bertugas membantu dan memperjelas argumentasimu sesuai permintaanmu, dan selain itu Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar berupa kekuatan dan dukungan dengan berbagai mukjizat, maka mereka tidak akan dapat mencapaimu dengan menyakitimu dan mengalahkanmu. Karena itu, berangkatlah kamu berdua melaksanakan tugas dengan membawa mukjizat yang bersumber dari Kami. Yakinlah bahwa dengan izin Allah pada akhirnya kamu berdua dan orang yang mengikuti kamu yang akan menang atas orang-orang kafir itu.”
Allah mengabulkan permintaan Musa dan berjanji mengangkat Harun menjadi rasul dan pendampingnya (wazir). Allah juga menenteramkan hatinya yang selalu diliputi kekhawatiran karena beratnya beban yang dipikulkan kepadanya. Allah menjanjikan bahwa Dia akan memberikan kepada Musa dan saudaranya kekuatan yang tak dapat dikalahkan oleh kekuatan apa pun di dunia apalagi kekuatan Fir'aun yang sangat terbatas. Dengan hati yang aman dan tenteram, Musa kembali ke tempat istrinya yang ditinggalkannya. Dia menceritakan kepadanya semua kejadian yang dialaminya, yaitu dia telah diangkat Allah menjadi rasul. Mendengar cerita Musa, hati istrinya menjadi tenteram. Musa lalu berangkat bersama keluarganya menuju Mesir didorong oleh cita-cita yang suci yaitu menyampaikan risalah Allah kepada Fir'aun dan Bani Israil. Di Mesir, Harun telah bersiap-siap untuk memikul risalah itu dan membantu saudaranya.